MANOKWARI, LinkPapua.id – Kinerja ekspor Papua Barat dan Papua Barat Daya sama-sama melemah pada Agustus 2025. Kedua provinsi mencatat penurunan nilai ekspor dibanding bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Papua Barat turun 20,42 persen dari US$281,73 juta pada Juli menjadi US$224,21 juta. Hampir seluruh nilai ekspor Papua Barat didominasi bahan bakar mineral.
“Bahan bakar mineral (HS27) merupakan golongan barang yang memiliki nilai ekspor terbesar di Papua Barat pada Agustus 2025, yaitu sebesar US$219,22 juta atau 97,77 persen dari total ekspor Papua Barat,” tulis BPS dalam laporan resminya dikutip LinkPapua.id, Sabtu (4/10/2025).
Tiongkok menjadi negara tujuan ekspor terbesar Papua Barat dengan nilai US$101,62 juta atau berkontribusi 45,32 persen. Barang ekspor dikirim melalui tiga pelabuhan laut dan satu pelabuhan udara.
Sepanjang Agustus, tidak ada dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang masuk ke Papua Barat. Neraca perdagangan provinsi ini tetap surplus sebesar US$224,21 juta atau 508,88 ribu ton secara volume.
Kondisi serupa terjadi di Papua Barat Daya. Nilai ekspor provinsi termuda itu turun 15,01 persen dari US$1,39 juta pada Juli menjadi US$1,19 juta di Agustus 2025.
“Ikan dan udang (HS03) menjadi komoditas ekspor terbesar Papua Barat Daya, senilai US$1,10 juta atau 92,72 persen dari total ekspor,” tulis BPS.
Tiongkok juga menjadi tujuan ekspor terbesar Papua Barat Daya dengan nilai US$0,38 juta atau 32,39 persen dari total ekspor. Namun, berbeda dengan Papua Barat, provinsi ini justru mencatat lonjakan impor.
Impor Papua Barat Daya naik 100 persen dari 0 menjadi US$0,82 juta. Bahan bakar mineral (HS27) menjadi satu-satunya komoditas impor, seluruhnya berasal dari Tiongkok.
Neraca perdagangan Papua Barat Daya tetap surplus US$0,36 juta. Namun secara volume, neraca perdagangan justru defisit sebesar 1,46 ribu ton. (*/red)