MANSEL, LinkPapua.id – Aksi pemalangan Jembatan Kali Mati, Kabupaten Manokwari Selatan (Mansel), Papua Barat, berlanjut hingga malam. Warga menuntut anak asli Arfak yang gugur seleksi terakhir penerimaan IPDN tetap diakomodasi.
“Kita sudah sampaikan dari awal hargai dan berikan kesempatan untuk kami anak-anak asli Arfak bersaing. Dari luar tidak usah ikut tes melalui kuota Mansel, tetapi apa yang kami sampaikan melalui media tidak digubris,” kata Christofel Mandacan, orang tua peserta seleksi, Kamis (18/9/2025).
Christofel menegaskan sejak awal pihaknya sudah mengawal proses seleksi. Dia menyebut anak-anak asli Arfak harus diberi ruang bersaing di daerah sendiri.
“Intinya hargai kami anak asli, berikan kesempatan bersaing sendiri di tempat sendiri supaya kami juga bisa menjadi tuan di negeri sendiri,” ujarnya.
Dia mengaku kecewa karena aspirasi masyarakat Arfak tidak pernah didengar panitia seleksi. Padahal, kata dia, jika suku luar tidak ikut seleksi, tidak akan terjadi masalah.
Christofel meminta peserta dari suku luar yang dinyatakan lolos agar mundur. Ia menilai hasil seleksi janggal karena ada peserta dengan nilai tinggi sejak awal tahapan justru gugur di tahap akhir.
“Masa yang tes dari awal sampai setiap tahapan nilainya selalu urutan pertama, kenapa terakhir tiba-tiba tidak lolos seleksi terakhir. Kalau tidak gugurkan, siapkan kuota tambahan,” tegasnya.
Pantauan di lapangan, pemalangan sudah berlangsung sekitar 7 jam sejak siang. Kendaraan di ruas Trans Manokwari-Bintuni mengular hingga berjam-jam, sementara aparat masih berjaga di lokasi.
Diketahui, Bupati Mansel Bernard Mandacan tengah menjalankan tugas luar daerah. Dia dijadwalkan menemui warga setibanya dari Manokwari. (*/red)











