MANOKWARI, LinkPapua.id – Dua provinsi di tanah Papua kembali mencatat inflasi pada November 2025. Papua Barat mencatat inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,33 persen, sementara Papua Barat Daya sebesar 1,38 persen.
“Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran,” tulis Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan resmi terbarunya dikutip LinkPapua.id, Selasa (2/12/2025).
BPS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Papua Barat berada di level 109,00. Hampir seluruh kelompok pengeluaran di provinsi itu mengalami kenaikan harga sepanjang November.
Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Papua Barat sebesar 6,14 persen. Kenaikan harga juga terjadi pada kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 5,91 persen.
Kelompok restoran naik 4,52 persen dan kelompok pendidikan 2,80 persen. Sementara perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga turut naik 1,91 persen.
Adapun kelompok pakaian dan alas kaki naik 1,36 persen, kesehatan 1,72 persen, dan transportasi 1,68 persen. Di sisi lain, kelompok makanan, minuman, dan tembakau turun tipis 0,10 persen.
Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga menjadi penyumbang penurunan indeks terbesar di Papua Barat sebesar 2,27 persen. Papua Barat juga mencatat inflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,65 persen dan year to date (y-to-d) 0,98 persen.
Sementara itu, Papua Barat Daya mencatat inflasi y-on-y sebesar 1,38 persen dengan IHK 106,93. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sorong yang mencapai 1,91 persen.
Kabupaten Sorong mencatat IHK sebesar 105,93, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Sorong sebesar 1,18 persen dengan IHK 106,82. Hampir seluruh kelompok pengeluaran di Papua Barat Daya juga mengalami peningkatan harga.
Kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang melonjak 4,29 persen. Kenaikan harga juga terlihat pada kelompok restoran sebesar 2,83 persen dan kesehatan 2,31 persen.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau naik 1,63 persen, sedangkan pakaian dan alas kaki naik 0,87 persen. Adapun kelompok transportasi mengalami kenaikan tipis 0,49 persen.
Di sisi lain, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga turun 0,24 persen. Papua Barat Daya bahkan mencatat deflasi m-to-m sebesar 0,02 persen, namun inflasi y-to-d mencapai 1,50 persen.
Kenaikan harga kebutuhan rumah tangga dan jasa pribadi menjadi faktor dominan pendorong inflasi di dua provinsi itu. BPS mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap gejolak harga di sektor konsumsi rumah tangga. (*/red)








