TELUK BINTUNI, LinkPapua.com – Wakil Bupati (Wabup) Teluk Bintuni, Joko Lingara, meluncurkan inovasi pemanfaatan limbah mangrove menjadi briket bahan bakar. Peluncuran dilakukan di Kampung Masina, Distrik Bintuni, Sabtu (2/8/2025).
Inovasi ini ditandai dengan pembakaran perdana limbah kayu mangrove yang akan diolah menjadi arang sebelum dicetak menjadi briket. Program ini disebut sebagai awal transisi energi lokal berbasis lingkungan di Teluk Bintuni.
Inovasi tersebut merupakan proyek perubahan yang digagas Kepala Dinas Pertanahan dan Lingkungan Hidup, Markus Marlen Iba. Proyek ini merupakan bagian dari syarat keikutsertaan Markus dalam Pelatihan Kepemimpinan Nasional Tingkat II Angkatan IX tahun 2025.
“Ini merupakan inovasi yang pertama kali ada, yang diangkat oleh Pak Markus Iba. Semoga ini menjadi percontohan bagi daerah lain yang bisa dikembangkan secara berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam,” ujar Joko.
Dia menegaskan, potensi limbah mangrove di Teluk Bintuni sangat besar sehingga berpeluang menjadi sumber energi alternatif. Menurutnya, program ini menjawab tantangan pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan sekaligus mendorong pemberdayaan masyarakat.
Joko juga menyebut, ekosistem mangrove Teluk Bintuni merupakan yang terbesar kedua di dunia. Dia mengatakan, mangrove bukan hanya pelindung kawasan pesisir, tapi juga menyimpan potensi besar sebagai sumber biomassa.
“Jika dikelola dengan benar, biomassa mangrove bisa menghasilkan energi listrik, bahan bakar bioetanol, dan biogas. Besar harapan saya, implementasi inovasi ini dapat memberi perubahan bagi wajah Teluk Bintuni ke depan,” katanya.
Markus Marlen Iba mengatakan, inti dari proyek ini adalah meningkatkan nilai ekonomis dari limbah kayu mangrove. Setelah diolah menjadi briket, limbah tersebut memiliki nilai jual yang jauh lebih baik.
Dia menggandeng komunitas Sahabat Mangrove Teluk Bintuni sebagai pelaksana lapangan program ini. Markus menjelaskan, prosesnya dimulai dengan membakar limbah kayu hingga menjadi arang.
“Kita oven seperti itu, sampai limbah kayu itu nanti menjadi arang. Setelah itu baru kita tumbuk halus, dan kita campur dengan tepung sebagai perekat,” jelasnya.
Arang yang sudah berbentuk bubuk itu kemudian dicetak menjadi potongan kecil briket siap pakai. Markus berharap, produk briket ini bisa dipasarkan ke luar daerah untuk menjawab kebutuhan energi ramah lingkungan.
Sementara itu, Ludfi Iha, anggota Polres Teluk Bintuni yang didaulat sebagai duta mangrove, turut mengapresiasi program ini. Ia menilai, inovasi ini sangat membantu masyarakat dalam mengolah limbah menjadi produk bernilai ekonomi.
“Ini akan mengajarkan masyarakat bagaimana memanfaatkan limbah kayu mangrove yang selama ini terbuang percuma, menjadi produk yang bernilai ekonomi. Saya sangat mendukung program ini untuk dikembangkan lagi,” ucapnya. (LP5/red)











