TELUK BINTUNI, LinkPapua.id – Bupati Teluk Bintuni, Yohanis Manibuy, berharap Festival Rajut Noken Kemerdekaan yang digelar Yayasan Phapeda bisa menjadi agenda tahunan. Dia menilai tradisi merajut noken adalah warisan budaya Papua yang harus dijaga dari gempuran globalisasi.
“Pemerintah daerah siap berkolaborasi dengan Yayasan Phapeda dan seluruh pemangku kepentingan untuk terus menghidupkan program pelestarian budaya di Kabupaten Teluk Bintuni,” kata Yohanis saat menghadiri Festival Rajut Noken di Distrik Bintuni, Sabtu (16/8/2025).
Festival Rajut Noken tahun ini mengusung tema Rajut Noken Bintuni, Warisan Perempuan untuk Indonesia Serasi. Sebanyak 77 perempuan ambil bagian dalam festival perdana yang digelar Yayasan Phapeda itu.


Yohanis bersama Wakil Bupati Joko Lingara mengajak Forkopimda dan pimpinan OPD untuk ikut menyaksikan langsung prosesi merajut noken. Bahkan Yohanis ikut mengambil noken hasil rajutan peserta untuk dikalungkan kepada Wakil Bupati, Kapolres, dan Dandim 1806/Teluk Bintuni.
Pada pengujung acara, panitia melelang noken hasil karya peserta. Pendiri Yayasan Phapeda, Herlina Husain, memulai penawaran pertama kepada Bupati, yang langsung menawar noken di lehernya senilai Rp5 juta.


“Saya beli noken ini Rp5 juta,” ucap Yohanis disambut tepuk tangan meriah peserta dan pengunjung festival.
Lelang kemudian berlanjut ke Wakil Bupati, Kapolres, Dandim, dan pimpinan OPD. Panitia bahkan menyiapkan QRIS untuk memudahkan pembayaran pemenang lelang.
Ketua Yayasan Phapeda, Christine Mustamu, menyebut pengunjung tidak hanya menikmati prosesi rajut noken dan hasil karyanya. Panitia juga mengajak mereka terlibat langsung memilih karya favorit lewat kupon yang dibagikan.
Panitia kemudian mengundi enam noken pilihan favorit. Setiap pengrajut yang karyanya terpilih mendapat uang kreativitas dari panitia.
“Terima kasih kepada 77 perempuan hebat peserta Festival Noken yang dengan penuh dedikasi menunjukkan keterampilan dan karya terbaiknya. Semoga ini menjadi teladan bagi generasi penerus untuk melestarikan budaya di tanah Papua,” kata Christine. (LP5/red)























