28.1 C
Manokwari
Minggu, Desember 7, 2025
28.1 C
Manokwari
More

    Rektor UNCRI di HUT IKDKI: 35% Mahasiswa Papua Drop Out karena Biaya Kuliah

    Published on

    JAKARTA, LinkPapua.id – Rektor Universitas Caritas Indonesia (UNCRI) Manokwari Prof Roberth KR Hammar mengungkap data soal pendidikan di Papua. Dia menyebut 35% mahasiswa di Papua drop out karena tidak mampu membayar uang kuliah.

    Prof Roberth menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara pada HUT ke-6 Ikatan Dosen Katolik Indonesia (IKDKI) di Aula Universitas Tarumanagara (UNTAR), Jakarta, Minggu (23/11/2025). Menurutnya, persoalan biaya kuliah menjadi pukulan berat bagi perguruan tinggi swasta di Papua.

    “Angka ini bukan statistik, tetapi wajah-wajah yang berhenti di tengah jalan, bukan karena tidak mampu belajar, melainkan tidak mampu bertahan secara ekonomi,” ujarnya.

    Baca juga:  Identitas dan Tanggung Jawab Generasi Muda Papua dalam Kemajuan Zaman

    Menurutnya, Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah harus diperkuat agar mahasiswa tidak terhenti di tengah studi. Dia bahkan meminta bantuan tersebut disalurkan langsung oleh kementerian tanpa melalui jalur yang berpotensi dipolitisasi.

    “Sebaiknya bantuan ini langsung didistribusikan oleh kementerian kepada mahasiswa,” katanya.

    Dalam paparannya, Prof Roberth juga menyinggung minimnya tenaga pendidik Katolik di Papua. Dia menyebut hanya ada sekitar 40 dosen Katolik dari total 50-an perguruan tinggi di Papua Barat dan Papua Barat Daya.

    Menurutnya, kondisi itu menjadi tantangan besar dalam pengembangan sumber daya manusia di wilayah timur Indonesia. Meski demikian, dia optimistis percepatan bisa dicapai lewat peran IKDKI.

    Baca juga:  UNCRI Manokwari dan Ubhara Jaya Teken MoU, Sepakati Pertukaran Dosen-Mahasiswa

    Dia memaparkan bahwa ada 15 dosen di Papua yang kini berada pada jenjang lektor kepala. Menurutnya, mereka tidak lama lagi bisa mencapai puncak akademik sebagai guru besar.

    Namun, tantangan pendidikan di Papua disebut tidak sesederhana angka dan jenjang akademik. Prof Roberth membeberkan kualitas calon mahasiswa yang berbeda-beda akibat ketimpangan akses pendidikan antarwilayah.

    Mereka yang terbaik biasanya lolos ke kampus besar seperti UI, UGM, dan Unhas. Sisanya masuk ke PTS luar Papua atau PTS kecil di Papua yang masih berjuang dengan standar mutu terbatas.

    Prof Roberth menyebut kebutuhan utama Papua saat ini adalah laboratorium pendidikan. Dia mengatakan tanpa laboratorium, kampus-kampus di Papua akan terus menjadi penonton dalam arus besar ilmu pengetahuan.

    Baca juga:  Kunjungan Uskup Amboina ke Manokwari, Padat Agenda Rohani-Akademik

    Dia juga menyinggung pentingnya kehadiran dosen DPK untuk kampus swasta. Prof Roberth mengaku sedang membangun komunikasi dengan Kemenpan-RB dan BAKN agar regulasi soal penempatan dosen bisa lebih fleksibel.

    Di akhir sesi, Prof Roberth mengajak seluruh pihak melihat Papua dengan perspektif masa depan. Dia menegaskan pembangunan manusia Papua adalah inti dari seluruh upaya pendidikan.

    “Membangun Papua bukan hanya membangun gedung kampus, tetapi membangun manusia yang percaya bahwa mereka layak bersaing,” ucapnya. (*/red)

    Latest articles

    Legislator PPP Wagiman Reses di Bintuni Timur, Serap Aspirasi-Serahkan Alsintan

    0
    TELUK BINTUNI, LinkPapua.id - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Teluk Bintuni dari Fraksi PPP, Wagiman, kembali turun ke daerah pemilihan (Dapil) untuk menyerap...

    More like this

    Legislator PPP Wagiman Reses di Bintuni Timur, Serap Aspirasi-Serahkan Alsintan

    TELUK BINTUNI, LinkPapua.id - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Teluk Bintuni dari Fraksi...

    Bintuni Hanya Dapat 22% DBH Migas, DPR PB Jemput Aspirasi Daerah

    TELUK BINTUNI, LinkPapua.id - Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua Barat (DPR PB) merespons usulan...

    Natal IKBBU di Saonek Raja Ampat, Perkuat Solidaritas Biak Utara

    RAJA AMPAT, LinkPapua.id - Ikatan Keluarga Besar Biak Utara (IKBBU) se-Sorong Raya menggelar ibadah...